BUMN Insight – Sibuk menata kebijakan dan menentukan strategi pemasaran, agenda holding tak membebani perusahaan. Tetap membukukan laba, meningkatkan usaha.
Setelah ditunjuk menjadi Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang kehutanan tahun 2014 lalu, Perum Perhutani sekarang membawahi PT Inhutani I, II, III, IV dan V. “Raja Hutan” ini memiliki delapan anak perusahaan termasuk PT Perhutani Anugerah Kimia (PAK),
PT Palawi Resosis dan PT BUMN HL. Saat ini, Perum Perhutani mengelola total wilayah hutan sebanyak 2,566juta hektar terdiri dari hutan produksi seluas 1,454 juta hektar (57 persen), hutan produksi terbatas sekitar 428.795 hektar (16 persen) dan hutan lindung seluas 683.889 hektar.
Walau disibukan dengan agenda holding seperti menata kebijakan dan strategi pemasaran agar tetap bisa bersaing, tak membuat Perum Perhutani mengendorkan kinerjanya. Hal ini bisa dilihat kinclongnya catatan kinerja yang dibukukan Perum Perhutani pada tahun 2014 lalu. Perusahaan berhasil mencetak laba bersih Rp 380 miliar atau 186 persen dari pendapatan di 2013. “Capaian kineija laba 2014 lebih tinggi dari laba tahun lalu sebesar Rp 207 Miliar, kita dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan laba,” kata Direktur Utama Perhutani, Mustoha Iskandar di Kantornya beberapa waktu lalu.
Mustoha menegaskan bahwa Perum Perhutani sebagai induk usaha tetap konsisten menjalankan road map perusahaan. Peta jalan holding tersebut terbagi dalam tiga tahap, yakni pertama; tahun 2013-2014 yang fokus kepada pembenahan proses dan bisnis Inti dengan semangat Getting The Basics Rights. Kedua, tahun 2015-2017 yang fokus kepada upaya mendorong pertumbuhan dengan memantapkan potensi bisnis turunan dan pendukung dengan semangat Harnessing Potentials. Ketiga, tahun 2018-2020, fokusnya adalah menjaga pertumbuhan berkelanjutan yang bertumpu kepada perbaikan terus menerus dengan semangat sustaining Growth.
“Sebagai induk, Perum Perhutani sangat berkomitmen untuk mengembangkan semua anak usaha. Kami memiliki dua peran yang bisa kami jalankan. Peran pertama adalah sebagai induk itu sendiri yang akan menjaga, mengawasi, dan mendorong pertumbuhan anak usaha karena setelah menjadi induk usaha ini otomotis terjadi konsolidasi keuangan. Peran kedua adalah sebagai entitas bisnis. Kami akan bekerjasama dengan semua anak usaha dalam beragam bentuk,” tegas Mustoha.
TARGETKAN PERTUMBUHAN LABA 15 PERSEN TAHUN INI
Tengoklah capaian laba Perum Perhutani di tahun 2010, sebesar Rp 156 miliar kemudian meningkat menjadi Rp 149 di tahun 2011. Pada tahun 2012, perusahaan mencatatkan laba sebesar Rp 202 miliar naik menjadi Rp 207 miliar. Laba di tahun 2014, menurut Mustoha terkatrol oleh penjualan kayu. Pendapatan kayu pada 2014 naik 25 persen menjadi Rp 2,1 triliun dibandingkan pada 2013 hanya sekitar Rp 1,7 triliun. “Peningkatan pendapatan kayu disebabkan melonjaknya harga kayu di tahun 2014 yang mencapai 130 persen. Perhutani pun menerapkan strategi dimana perusahaan tidak akan menebang kayu jika pasar belum pasti,” terang Mustoha.
Total pendapatan perusahaan tahun 2014 lalu sebesar Rp 4,604 triliun dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan lima tahun terakhir sebesar 15 persen. Di samping itu, rata-rata pertumbuhan biayanya tercatat 14 persen. “Pertumbuhan biaya mengalami penurunan pada 2012 disebankan adanya kebijakan efisiensi-dan pengendalian biaya,” terang Mustoha. Tahun ini, Perum Perhutani akan melanjutkan tradisi pertumbuhan laba sebesar 15 persen dibandingkan tahun lalu menjadi Rp 437 triliun.
Perum Perhutani menganggarkan belanja modal (capital expenditure) sebesar Rp 520 miliar sepanjang tahun 2015 ini. Rencananya, belanja modal tersebut bakal dipergunakan untuk mendukung semua aksi korporasi. Salah satunya adalah untuk membangun kantor pusat. Rencananya, kantor pusat tersebut akan dibangun di kawasan Jakarta Selatan. Tepatnya, di belakang Hotel Kartika Chandra yang tidak lain merupakan lahan milik perseroan. Selain membangun kantor pusat, anggaran tersebut juga bakal digunakan untuk perbaikan jalan dan jembatan yang lokasinya dekat dengan hutan. Di samping itu,’ Perhutani juga ingin membeli mesin industri serta kendaraan bermotor.
Terus merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang terjadi belakangan ini, tidak akan mengganggu target pertumbuhan laba Perum perhutani. ” Kita justru diuntungkan. Mayoritas pemasukan Perhutani didominasi kegiatan ekspor utamanya komoditas kayu,” tutur Mustoha. Perum Perhutani, dalam kegiatan usahanya sudah mengekspor kayu keberbagai negara di dunia. Salah satunya adalah ke Cina, hal ini dilakukan melalui agen industri kayu Perhutani untuk Asia, Seng Fong Resources Group. Perhutani juga melakukan kontrak ekspor produksi kayu jati ke Eropa.
“Depresiasi nilai tukar tersebut memang membuat perusahaan yang berfokus pada ekspor menjadi dilema.Sebab di satu sisi pelemahan rupiah memberikan keuntungan, tapi di sisi lain kondisi tersebut memengaruhi perekonomian. Apalagi bagi usaha di unit usaha yang berkonsentrasi impor, hal tersebut pastinya merugikan,” ungkap Mustoha.
Selain itu, Perum Perhutani juga diberi amanah oleh pemerintah untuk mendukung diversifikasi pangan, Perusahaan saat ini tengah membangun pabrik sagu di kawasan Sorong, Papua. Pabrik sagu dibangun di atas lahan seluas 15 ribu hektar dan mampu memproduksi 100 ton dagu perhari ini pembangunannya sudah 85 persen dan ditargetkan rampung tahun ini. Di samping membantu diversifikasi pangan, secara internal usaha, Perum Perhutani pun melakukan diversifikasi. BUMN yang bergerak di sektor hutan tersebut berencana merambah usaha penggemukan sapi dengan menggunakan konsep integrasi peternakan-kehutanan. “Perhutani akan bekerjasama dengan perusahaan pelat merah lainnya untuk merealisasikan konsep tersebut. Mungkin bisa bekerja sama dengan BUMN daging, yaitu Berdikari dan RNI ” pungkas Mustoha.
Sumber : BUMN Insight, hal 54 – 56
Tanggal : 24 April 2015