Produksi Jagung Grobogan Tak Tertandingi

Riban, 39 tahun, kini bisa lebih banyak tersenyum. Petani jagung Karanggetas, Tawangharjo, Grobogan, ini bisa menikmati hasil dari jerih payahnya. “Panennya terus nambah,” ujar bapak seorang putri itu. Dari 2 hektar lahan jagungnya, kini tiap hektar bisa dihasilkan jagung sampai 4 ton. Angka ini naik dari panen sebelumnya 3,5 ton dan 2,5 ton.

Riban menanam jagung di lahan tegalan. Dalam setahun, ia menanam dua kali jagung dan sekali tanaman lain. Masa tanam jagung 165 hari. Angka panen Riban sebenarnya masih bisa dinaikkan lagi, mengingat rata-rata panen jagung Grobogan 5,7 ton perhektar. Harga jual jagung saat ini Rp 2.950 perkilogram.

Grobogan memang daerah produsen jagung terbesar di Jateng. Data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Dipertan TPH) Kabupaten Grobogan mencatat produksi jagung kuning Grobogan tahun 2012 mencapai 565.000 ton. Sedangkan tahun sebelumnya 503.000 ton.

Dengan produksi jagung sebanyak itu, Grobogan mampu menyokong 16% dari total produksi jagung kuning Jateng. Produksi jagung sebanyak itu diperoleh dari luas areal panen yang mencapai 113.152 hektare. “Diharapkan tahun 2013 ini, produksi jagung kuning Grobogan bisa meningkat lagi,”kata Kepala Dipertan TPH Grobogan Edhy Sudaryanto.

Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Jawa tengah Agus Eko Cahyono menjelaskan, sampai saat ini produksi jagung kuning Grobogan belum ada yang menandingi. “Selain tingkat produktivitasnya cukup tinggi, petani Grobogan juga sudah pandai memilih benih jagung hibrida yang berkualitas,” kata dia.

Apalagi, lanjut Agus, petani Grobogan melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan setiap tahunnya mampu membuka lahan bekas tebang milik Perhutani tidak kurang dari 17.000 hektare. “Lahan bekas tebang pada umumnya sangat subur, sehingga mampu mendongkrak produksi jagung kuning Grobogan yang tingkat produksinya setiap hektar rata-rata mencapai 5,7 ton untuk tegalan, dan 7-8 ton untuk lahan sawah,” tambah Agus.

Pihak Pemkab Grobogan mengklaim terus melakukan penyuluhan kepada petani untuk tetap menerapkan teknologi tepat guna. Sehingga diharapkan tingkat produktivitas perhektarnya bisa lebih meningkat. “Seperti harus pandai memilih benih yang berkualitas, pencegahan dan pengendalian hama, perawatan tanaman serta masa tanam yang tepat,” kata Edhy. Permintaan adanya jagung putih juga akan ditindaklanjuti.

Langkah tersebut didukung perusahaan yang menjadikan Grobogan sebagai pasar benih jagung. Corporate Affairs Lead Monsanto Herry Kristanto menyatakan pihaknya telah menggelar DeKalb Learning Center (DKLC). Sarana pelatihan petani ini tersebar di 15 tempat senasional dan di Grobogan dibuka seluas 1,2 hektar. “Pengetahuan yang didapat di sini untuk meningkatkan hasil produksi,” ujarnya di DKLC, di Desa Tarub, Kecamatan Tawangharjo, Grobogan, Rabu (20/3).

Saat ini tidak kurang dari 15 jenis varietas jagung hibrida membanjiri Grobogan. Antara lain hibrida produk perusahaan Mosanto, yang dikenal varietas DeKalb (DK) 77, DK 85, DK 95 dan DK 979, serta akan meluncurkan produk baru DK 888. Harga benih rata-rata Rp60 ribu perkilogram (AKH)

Gatra Online / 26 Maret 2013 06:05

Share:
[addtoany]