PIKIRAN-RAKYAT.COM (19/11/2018) | Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Bandung Utara menargetkan perluasan dan peningkatan produktivitas tanaman kopi. Alasannya, tanaman kopi dianggap memiliki manfaat konservasi bagi lingkungan sekaligus manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Administratur Perhutani KPH Bandung Utara Komarudin mengatakan, saat ini tanaman kopi di wilayah Perhutani KPH Bandung Utara meliputi luas sekitar 3.000 hektare, dari total luas hutan 20.560 hektare. Akan tetapi, baru sekitar 500-600 hektare luas tanaman kopi yang terkelola bersama lembaga masyarakat desa hutan (LMDH).
“Dari 3.000 hektare itu tentu beragam, ada memang kopi yang baru ditanam, kemudian ada juga kopi yang sudah produktif, yang sudah menghasilkan, dan ada pula kopi yang tidak produktif karena memang sudah lewat masa produktifnya,” kata Komarudin di Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Menurut dia, kerja sama pengolaan tanaman kopi terjalin dengan 56 LMDH yang berada di bawah binaan Perhutani KPH Bandung Utara. Sebaran tanaman kopi itu meliputi wilayah Ujungberung, Arcamanik, Cibodas, Cimenyan, Suntenjaya, Lembang, Cisalak, Wanayasa, Burangrang selatan, sampai Padalarang.
“Dari segi produktivitas juga beragam, ada yang mulai dari per pohonnya di bawah satu kilogram, ada yang sampai 1-2 kilogram kalau memang dikelola secara intensif. Nah, kami dari Perhutani tentu sudah lama menjalin kerja sama dengan LMDH. Tidak hanya dari Perhutani, ada juga bantuan dari pemerintah yang mengalir ke LMDH di Bandung Utara,” katanya.
Komarudin menilai, tingkat produktivitas tanaman kopi itu masih perlu ditingkatkan lagi, hingga mencapai dua ton per hektare per tahun. Oleh karena itu, kata dia, diperlukan sinergitas dengan berbagai pihak untuk membantu LMDH, termasuk dengan para pelaku bisnis kopi di sektor hilir.
“Soalnya, kita ketahui, yang namanya petani di desa itu punya banyak keterbatasan, baik keterbatasan permodalan ataupun pengetahuan tentang budidaya kopi yang baik. Namun, nilai lebihnya itu rata-rata petani kopi atau petani di desa itu memiliki semangat bekerja yang tinggi,” ucapnya.
Komarudin menyatakan, tanaman kopi efektif sebagai suatu solusi untuk menjaga keseimbangan dari pelestarian kawasan hutan, sekaligus membawa manfaat ekonomi kepada masyarakat. Kalau di hutan itu hanya ada tanaman kehutanan, kata dia, secara lingkungan pasti bagus, tetapi bagi masyarakat kurang membawa dampak positif.
“Nah, dengan adanya pemanfaatan (tanaman kopi) di bawah tegakan hutan ini, diharapkan hutannya lestari, kemudian masyarakat juga mendapat manfaat ekonomi dari bisnis kopi yang sekarang ini sedang menggeliat. Dari tahun ke tahun permintaan kopi ini senantiasa meningkat, karena banyak negara yang sekarang ini generasi muda dan tuanya mulai menikmati kebiasaan untuk minum kopi,” tuturnya.
General Manager Wisata Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten Wismo Tri Kancono menyebutkan, saat ini ada sekitar 30.000 hektare luas hutan di Jabar dan Banten yang terdapat tanaman kopi. Hingga tahun 2023, Perhutani Divre Jabar-Banten menargetkan perluasan tanaman kopi hingga 100.000 hektare.
“Soalnya, kopi ini memiliki dampak luar biasa. Pertama dari sisi lingkungan, sekarang tanaman kopi sudah diakui sebagai salah satu tanaman konservasi. Jadi, mempercepat proses pemulihan lahan. Yang kedua, dari sisi sosial ekonomi. Dengan permintaan yang tinggi, otomatis berlaku hukum ekonomi. Masyarakat (petani kopi) ikut meningkat kesejahteraannya,” katanya.
Sumber : pikiran-rakyat.com
Tanggal : 19 November 2018