Punya Tujuh Undakan Berpotensi Jadi Wisata Baru

Radar Bromo, PASURUAN – Kabupaten Pasuruan benarbenar memiliki kekayaan wisata alam yang sangat melimpah. Salah satunya, air terjun Tundopitu, di Dusun Junggo, Desa Baledono, Kecamatan Tosari.

Seperti apa?AIR terjun ini, punya panorama yang eksotis dengan pemandangan alam yang masih sangat alami. Tak cukup itu, air terjun yang terletak di kawasan hutan Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pasuruan BKPH Tosari ini pun memiliki keunikan tersendiri. Keunikannya, air terjun ini melewati tujuh undakan.

Masyarakat sekitar menyebutnya air terjun ini sebagai air rerjun Tundopitu. Itu, di dasarkan pada keunikannya yang sampai mempunyai tujuh undakan tadi. Lokasinya, terletak di 65 kilometer dari Surabaya-Pasuruan. Tepatnya 50 meter dari jalan utama, sebelah selatan gerbang masuk Tosari. Aksesnya tergolong mudah.

Dari jalan raya, bisa ditempuh dengan jalan kaki sejauh sekira 600 meter melewati jalan setapak yang rata dan tak terlalu curam. Masprapto, 35, warga desa setempat mengatakan, tempat wisata Tundopitu sudah mulai dirintis sejak beberapa tahun lalu. Sebelumnya, air terjun yang dikelilingi hutan dan lahan pertanian itu hanya digunakan warga sekitar untuk mandi dan bersih-bersih usai berladang dan mencari rumput.

Menginjak setahun kemarin, warga Desa Baledono, akhirnya bekerja sama dengan pihak perhutani membuka jalan baru. Jalan itu, digunakan seabai akses menuju lokasi air terjun. “Hingga sekarang pun masih berlanjut. Warga terus bergotong-royong setiap hari Minggu,” ungkapnya. Tak cukup membuka akses jalan, warga juga sudah membuka tanah lapang baru untuk tempat parkir kendaraan para pengunjung. Tak hanya itu, warga juga menyediakan tempat beristirahat.

Sayang, sejauh ini, pengelolaannya menjadikan sebagai destinasi wisata baru di wilayah Tengger, Tosari menemui kendala. Yakni, belum adanya kesepakatan resmi terkait pengelolaan kerja sama dengan pihak perhutani selaku pemilik lahan. Hingga akhirnya wisata ini terkesan “liar dan alami.” Padahal, menurut warga sekitar, para pengunjung yang mampir kesana cukup banyak. Setiap hari, ada saja wisatawan yang datang. “Puncaknya biasanya hari Minggu.

Dalam seharinya bisa mencapai 50-80-an pengunjung,” ujar Sumulyadi, 40, salah satu perangkat desa setempat. Mendapati potensi wisata yang cukup besar itu, Sumulyadi berharap Pemkab Pasuruan melalui Dinas Pariwisata menjembatani pengelolaan wisata itu. “Setidaknya kami bisa memiliki kewenangan untuk turut bekerja sama dalam pengelolaan wisata Tundopitu. Pihak desa juga sudah menyampaikan proposal ke dinas terkait soal ini,” ujar kaur pembangunan di Desa Baledono itu.

Air terjun Tundopitu tergolong air terjun yang unik. Punya tujuh undakan dan airnya berasal dari sumber mata air wilayah sekitar. Saat kemarau, aliran airnya mati. Bahkan, saat Jawa Pos Radar Bromo menjelajah kesana, kemarin, nyaris tak tampak air sama sekali. Yang tampak hanyalah riakan air sungai yang berhilir tepat di kubangan bawah air terjun. Hal itu, berbeda saat musim hujan. Air terjun terjun terlihat indah.

Arusnya lembut dan tak deras seperti umumnya air terjun. Kondisi ini rupanya sudah umum terjadi setiap tahun. Guna menyiasati agar air tetap mengalir, lagi-lagi warga sekitar terus berusaha. Mereka kembali bergotongroyong menanam pohon di sekitar aliaran air terjun itu. Tapi, warga sadar itu tak cukup efektif untuk membuat air terjun tetap mengalir kala musim kering. Satu-satunya jalan adalah dengan membuat sudetan baru dari sungai yang jaraknya tak jauh dari air terjun. “Jaraknya sekitar 800 meter.

Rencananya kami ingin pasang pipa kecil dari sana. Tapi masih terkendala anggaran,” ujar Masprapto. Menanggapi keinginan warga itu, pihak Dinas Pariwisata melalui Kepala Dinas Infokom Kabupaten Pasuruan Sunyono mengaku, pihaknya akan segera melakukan koordinasi untuk menjadikan air terjun Tundopitu itu, jujugan baru di wilayah Tengger, Tosari.

Pemkab juga sangat mengapresiasi upaya warga untuk mengembangkan wisata itu. “Air terjun Tundopitu bisa menambah koleksi wisata baru untuk akses wisata ke Bromo. Kedepan kami bakal melakukan koordinasi terlebih dulu dengan dinas dan pihak-pihak lain yang terkait dengan wana wisata itu,” janji Sunyono. (ube/rud)

Radar Bromo | 27 Oktober 2013 | Hal. 35 & 36

Share:
[addtoany]