MADIUN-Pabrik industri plywood milik Perum Perhutani di Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, kemarin (27/3) diresmikan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan. Peresmian bersamaan dengan acara ulang tahun ke-52 perusahaan kehutanan milik negara ini yang digelar di Madiun.
Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto menuturkan, pabrik plywood ini dibangun setelah melihat bahan baku sengon yang cukup melimpah di Kediri. Berdiri di atas lahan seluas 9 hektare, pembangunannya menelan biaya hingga Rp 48 miliar dengan kapasitas produksi 48 ribu metrik log per tahun dengan out put 24 ribu metrik plywood per tahun.
‘Pasar utamanya 70 persen untuk ekspor dan 30 persen dipasarkan di dalam negeri. Untuk ekspor, Jepang sudah menandatangani kontrak jangka panjang,” kata Bambang.
Keberadaan pabrik anyar ini bakal memberikan pemasukan pendapatan bagi perusahaan hingga Rp 74 miliar per tahun dan ditargetkan mencapai break event point (BEP) dalam waktu 3 tahun. Dalam kesempatan kemarin Bambang juga menyampaikan upaya penataan bisnis yang berlangsung tahun ini hingga 2014 nanti beberapa hal mendasar yang dilakukan di antaranya, meningkatkan potensi sumber daya hutan melalui penanaman bibit unggul Jati Plus Perhutani (JPP) dengan silvikultur intensif, pengembangan pinus bocor getah, pengembangan karet di unit tiga Jawa Barat dan Banten, dan penanaman kayu putih bibit unggul.
Menurutnya, transformasi bisnis dan revitalisasi industry yang telah dilakukan beberapa tahun terakhir telah mengubah profil bisnis Perhutani. ‘Awalnya bisnis Perhutani ditopang oleh pendapatan dari kayu dengan kontribusi lebih dari 75 persen, lima tahun lalu, kontribusi produk non kayu naik hingga 35 persen,” jelasnya.
Perhutani juga bekerj sama dengan masyarakat desa hutan dengan sistem PHBM, di mana sebanyak 5,5 juta kepala keluarga di desadesa hutan Jawa dan Madura telah bekerja sama dengan Perhutani dalan 5 ribu LMDH. “Mereka telah mendapatkan manfaat dari 2,2 juta hektare (ha) lahan hutan yang menjadi pengakuan desa mereka,” tutur dia.
Di samping itu, ak an disediakan lahan seluas 1.200 ha untuk tanaman porang di Kabupaten Blora dan sekitarnya. Fokus bisnis ini, Perhutani hanya pada bagian industri hilir, sementara hulu sepenuhnya dilaksanakan masyarakat.Produk yang dihasilkan akan diekspor ke Jepang sebagian memenuhi kebutuhan dalam negeri. Untuk itu Perhutani akan membangun pabrik penepungan skala komersial dengan produktivitas 16 ton per ha di Blora.
Kontribusi lain Perhutani mendukung agenda ketahanan pangan nasional yakni dengan membangun pabrik sagu di Sorong Selatan, Papua. Kapasitas mencapai 30 ribu ton per tahun dengan investasi mencapai Rp 80 miliar.”Pabrik ini telah siap dibangun, namun masih menunggu kesiapan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, dan energi, yang kami harapkan bisa dikoordinasikan oleh pemerintah,” tandas Bambang. (lum)
Jurnalis : LUM
Indopos Hal. 4/28 Maret 2013