Restrukturisasi BUMN menjadi agenda besar bagi Kementerian BUMN sepanjang 2011 hingga 2012 mendatang. Restrukturisasi ini dianggap perlu untuk meningkatkan kinerja. BUMN ke depan. Karena itu, opsi penawaran saham perdana (IPO), pembentukan holding, maupun merger menjadi isu penting.
Pengamat BUMN Said Didu menyatakan, banyak BUMN yang merugi lantaran beban utang masa lalu. Akibatnya, neraca keuangannya jelek,” kata Said, awal pekan ini. Dahulu, BUMN dibentuk sebagai perusahaan perintis bisnis. Merpati yang jadi pioner industri penerbangan atau pabrik kertas Leces sebagai perintis industri kertas. “Karena disiapkan sebagai perusahaan perintis, maka kelayakan ekonominya menjadi nomor dua,” katanya.
Saat ini, akuisisi adalah jalan pintas tercepat untuk membantu BUMN merugi supaya terus hidup. “Dengan satu syarat, bisnis BUMN merugi itu harus direorientasi kembali agar mengikuti induknya,” katanya. Bagi perusahaan BUMN yang kinerjanya dianggap cukup baik, disarankan menerbitkan obligasi.
Menteri BUMN Dahlan Iskan menyatakan, pada 2012 nanti terdapat tiga BUMN, yang akan melantai di bursa. Salah satunya di sektor semen. IPO itu akan dilakukan sekitar Juli menggunakan buku kinerja Desember.
Direktur Utama PT Bahana Securities, Eko Yuliantoro menambahkan, obligasi merupakan alternatif sumber pendanaan yang efisien. Obligasi membuka opsi bagi perusahaan untuk melakukan buyback sesuai kondisi keuangan perusahaan. Langkah ini sangat cocok untuk pembiayaan jangka panjang minimal lima tahun dan akan memberikan tingkat bunga yang tetap, Sehingga, mengurangi risiko fluktuasi tingkat bunga.
“Opsi ini pun tidak memerlukan jaminan. Perusahaan dapat melakukan efisiensi terhadap asetnya,” katanya. Struktur instrumen ini relatif sederhana dan dapat dikombinasikan dengan fitur-fitur keuangan yang lain.
Sedangkan, mengenai pembentukan perusahaan induk, tiga holding BUMN dipastikan direalisasikan pada 2012, Dahlan menyatakan, holding BUMN yang akan dibentuk dalam waktu dekat adalah holding perkebunan yang akan efektif direstrukturisasi pada 30 Januari 2012. Holding itu akan menggabungkan 15 perusahaan perkebunan. Sebanyak 14 perusahaan adalah PTPN dan satu PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
Adapun holding perusahaan BUMN Kehutanan akan direalisasikan pada 28 Februari 2012. Holding ini akan menggabungkan Perum Perhutani dan PT Inhutani. Holding farmasi akan terbentuk pada 30 Juni 2012. Holding akan menggunakan mekanisme menyerahkan saham Indofarma kepada Kimia Farma. Sedangkan, Bio Farma akan dibiarkan berdiri sendiri dan fokus bisnisnya pada life science. “Sedangkan, pembentukan holdingnya akan dilakukan selanjutnya,” katanya.
Dengan restrukturisasi ini, maka pada 2014 diharapkan jumlah BUMN menyusut menjadi 78. Pada 2025, jumlahnya menciut dari 141 perusahaan menjadi 25 perusahaan saja. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan, jumlah BUMN yang ada saat ini berlebih sehingga menyebabkan tidak fokusnya tugas BUMN.
Akibatnya, terdapat beberapa perusahaan pelat merah yang bidang usahanya tumpang tindih. “Harusnya cuma empat hingga lima sektor holding yang membidangi sektor, seperti infrastruksur, investasi, transportasi,” kata Hatta.
Dari total 141 perusahaan BUMN saat ini, sebanyak 131 di antaranya sudah mencatatkan laba dan 67 di antaranya memberikan dividen bagi negara, “Ada sekitar 10 yang rugi terus. Jadi, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan BUMN,” ujar Hatta.
Karena itu, harus ada akseleasi meningkatkan kinerja BUMN. Saat ini, aset seluruh BUMN telah mencapai 30 persen dari produk domestik bruto (PDB). Kalau dievaluasi lagi, saya yakin di atas Rp 3.000 triliun aset BUMN kita. Itu kekuatan luar biasa kalau kita bisa benahi.”
Sedangkan, belanja modal (capital expenditure) BUMN sudah melebihi Rp 200 triliun atau lebih besar dari belanja pemerintah di APBN. Karena itu, kata Hatta, jika BUMN bisa menghemat dua persen saja, akan ada dana tambahan Rp 20 triliun untuk membangun infrastruktur.
Menurut Hatta, seharusnya BUMN dibiarkan melakukan aksi korporasi seperti perusahaan swasta. “Hanya dengan cara itu, BUMN bisa menjadi perusahaan berkelas dunia.” • ed: nur hasan murtiaji
REPUBLIKA :: 28 Desember 2011, Hal. 14
Oleh Fitria Andayani