BANJARMASINPOST.CO.ID (20/11/2016) | Perum Perhutani mulai melirik bisnis non kayu sebagai tumpuan pendapatan ke depan. Upaya ini sebagai siasat atas tren penurunan produksi kayu.Sekretaris Perusahaan Perum Perhutani John Novarly menjelaskan, produksi kayu Perhutani terus menurun akibat makin kencangnya isu kelestarian lingkungan. Apalagi, pasar kayu internasional sangat kritis terhadap kayu hasil produksi Indonesia.
Situasi ini diperkirakan John bakal terus berlangsung dalam jangka panjang sehingga produksi kayu pun akan makin tergerus di masa mendatang. Makanya, sebagai alternatif, Perhutani akan menyusutkan produksi kayu secara bertahap.
Sebagai gambaran, pada kuartal III-2016, produksi kayu perusahaan ini sebesar 577.000 meter kubik, turun 27% dibandingkan produksi kuartal III-2015 yang mencapai 791.000 meter kubik.
Bahkan, penurunan tahun ini bakal terasa semakin besar yakni sebesar 37% jika dibandingkan dengan produksi kuartal III-2014 yang mencapai 920.000 meter kubik. “Penurunan produksi ini berbanding lurus dengan pasar kayu yang tengah mengalami kelesuan,” ujar John kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Sekedar informasi, kebanyakan kayu bulat yang dihasilkan Perhutani dipasarkan ke dalam negeri, untuk memenuhi kebutuhan industri kayu olahan di Jawa Tengah. Adapun, produk kayu olahan berupa mebel dan furnitur langsung diekspor.
John menyebut dengan lesunya pasar dan penurunan produksi, maka sulit rasanya bisa merealisasikan target penjualan kayu tahun ini yang ditargetkan sebesar Rp 2,5 triliun. Mulai tahun depan, Perhutani tengah berancang-ancang untuk masuk dalam bisnis olahan getah pinus.
Produk itu menjadi pilihan karena memiliki banyak peminat. “Olahan getah pinus merupakan bahan baku industri ban, makanan, dan kertas,” ujarnya. Untuk menunjukkan keseriusan di bisnis barunya, perusahaan ini menyiapkan dana Rp 208,7 miliar untuk pembangunan pabrik olahan getah pinus ini.
Sumber : Tribunnews.com
Tanggal : 21 November 2016