Siapkan Capex Rp. 551 Miliar, Perhutani Masuk Penghiliran

JAKARTA— Perum Perhutani mengalokasikan belanja modal (capex) sekitar Rp551,9 miliar untuk pengembangan usaha tahun ini, termasuk pengembangan industri derivatif dan melepaskan ketergantungan dari produksi kayu hutan alam.
Direktur Utama Perhutani Bambang Sukmananto menuturkan target pertumbuhan kinerja keuangan tahun ini diproyeksikan dapat dicapai dengan meningkatkan pendapatan pada usaha nonkayu.
“Tahun ini, Perhutani siap meningkatkan bisnis industri hilir, antara lain dengan beroperasinya PDGT [pabrik derivatif gondorukem terpentin) sejalan dengan penataan bisnis dan proses bisnis inti,” ujarnya Rabu (5/3).
Morgan Sharif Lumban Batu dalam kesempatan yang sama menuturkan belanja modal itu digunakan untuk pembangunan pabrik sagu yang berlokasi di Sorong Selatan, Papua Barat, senilai Rp 108 miliar.
Selain itu, dana tersebut akan dipakai untuk pembangunan infrastruktur berupa jalan dan jembatan, mesin dan alat berat, termasuk penyertaan modal. “Sebagian ada juga sisa pembayaran untuk proyek PDGT di Pemalang, Jawa Tengah yang baru selesai dibangun,” tuturnya.
Menurut Morgan, belanja modal yang dialokasikan itu meningkat dibandingkan dengan realisasi belanja modal tahun lalu sebesar Rp253,82 miliar.Pendanaan belanja modal sebesar Rp551 miliar tersebut akan dibiayai dari kombinasi antara kas internal dan pinjaman perbankan.
“Dua bank BUMN yaitu Bank BRI dan BNI selalu siap dan berkomitmen membiayai setiap pengembangan bisnis Perhutani,”ujarnya TARGET 2014
Perhutani menargetkan laba bersih sebesar Rp2S7 miliar pada tahun ini atau meningkat sebesar 40,6% dibandingkan dengan realisasi 2013 sebesar Rp204,9 miliar.
Peningkatan laba 2014 akan didorong kenaikan pendapatan perseroan yang diproyeksikan mencapai Rp4,6 triliun, dari pendapatan 2013 sebesar Rp3,86 triliun.
Direktur Utama Perhutani Bambang Sukmananto menuturkan target pertumbuhan kinerja keuangan tahun ini diproyeksikan dapat dicapai dengan meningkatkan pendapatan pada usaha non-kayu.
Selama ini, Perhutani banyak bergerak di bisnis sektor hulu yang bertumpu pada hasil hutan kayu, getah pinus dan industri yang masih membutuhkan penataan dan penguatan.
“Jika pada tahun lalu komposisi pendapatan Perhutani antara kayu dengan nonkayu sebesar 45:52, maka pada tahun ini komposisi itu akan digenjot menjadi 55% nonkayu dan 45% kayu,” tutur Bambang.
Sepanjang tahun lalu, penyumbang terbesar pendapatan berasal dari penjualan luar negeri industri nonkayu sebesar Rp 134 triliun, disusul penjualan dalam negeri hasil hutan sebesar Rp617 miliar, sedangkan dari kayu tebangan sebesar Rp 1,61 triliun.
Setidaknya enam jenis usaha nonkayu akan terus digenjot pada tahun ini yaitu getah pinus, kopal, daun kayu putih, gondorukem, terpentin dan minyak kayu putih.
Sementara itu, Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis Perhutani Tedjo Rumekso menuturkan pabrik yang mengelola area konsesi lahan 16.000 hektare tersebut sedang dalam pembangunan yang ditargetkan mulai beroperasi pada April 2015.
“Saat beroperasi penuh, kapasitas produksi pabrik sagu ini mencapai 30.000 ton tepung per tahun,” katanya.
Sumber  :  Bisnis Indonesia, Hal 22
Tanggal  :  6  Maret 2014

Share:
[addtoany]