PROBOLINGGO, PERHUTANI (30/6) | Situs Prabu Jenggolo merupakan bangunan /petilasan Prabu Jenggolo dan prajuritnya berada di hutan produksi petak 20d Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Matikan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Perhutani Probolinggo Kraksaan masuk administratif pemerintahan Desa Kota Anyar Kec. Kota Anyar kabupaten Probolinggo.
Menurut legenda, Prabu Jenggolo berasal dari kerajaan jenggala yang merupakan cikal bakal kerajaan Kediri.
Luas areal situs ± 1,0 Ha terdiri dari Bangunan makam Prabu Jenggolo (luas 0,1 Ha), Sumur tua, Batu petilasan, makam pengikut Prabu Jenggolo, Gubuk/Rumah kecil juru kunci.
Dekat makam tersebut juga terdapat sumur tua dimana airnya tidak pernah mengering walaupun pada musim kemarau. Beberapa mitos lain yang ada di situs Prabu jenggolo antara lain :
- Pada hari tertentu (Hari Jum’at Legi dan Selasa Kliwon) di areal makam Prabu jenggolo terdengar suara musik gamelan dan sinden jawa.
- Pada Sumur tua, air yang sudah diambil/ditimba, sisa air tidak boleh dikembalikan ke dalam sumur, bisa membawa petaka kepada pelakunya.
- Pada hari tertentu (Jum’at legi) air sumur kadangkala berwarna merah total.
Administratur Perhutani Probolinggo, Ratmanto Trimahono menyatakan bahwa situs budaya merupakan salah satu warisan leluhur yang perlu mendapat perhatian khusus agar tidak mengalami kerusakan. salah satu upaya pengelolaan hutan secara lestari yaitu dengan terjaganya situs yang berada dalam kawasan hutan.
“Di areal hutan wilayah Perum Perhutani KPH Probolinggo terdapat beberapa situs yang memiliki khasanah dan daya tarik tersendiri. Selain dijadikan sebagai tempat melangsungkan ritual2 budaya (syukuran, semedi untuk meminta berkah) juga memiliki keunikan lainnya” tambahnya.
Menurut legenda, Prabu Jenggolo Beserta para pengawalnya melakukan perjalanan dalam rangka mencari putrinya yang hilang bernama gusti dewi suci. Di dalam pencariannya Prabu Jenggolo dan pengikutnya menetap di hutan di daerah Kraksaan dengan mendirikan padepokan yang dinamai kota baru (sebutan sekarang adalah kota Anyar).
Dipadepokannya Prabu Jenggolo beserta pengikutnya mengajarkan ajaran spiritual yaitu tarekat kejawen yang sampai sekarang diikuti oleh pengikut ajaran tersebut. Bangunan situs Prabu jenggolo berupa makam yang menurut masyarakat local merupakan makam leluhur yang memiliki pengaruh terhadap warga sekitar.
Sebagian besar masyarakat sekitar maupun masyarakat luar daerah mengeramatkannya dengan memanfaatkan untuk kepentingan religi dengan tujuan ungkapan wujud rasa syukur terhadap rejeki yang telah diberikan oleh Tuhan serta mengharapkan berkah agar diberikan kemudahan dan jalan keluar dari berbagai kesulitan.
Waktu berkunjung yang paling ramai yaitu pada hari jum’at manis, hal ini diyakini adanya mitos bahwa yang datang berziarah di waktu itu keinginginannya akan segera dikabulkan dan terhindar dari segala bencana. (Kom-PHT/Pbo/Mamang)
Editor : Dadang K Rizal
Copyright ©2015