Syarikat Takaful Berencana Jual Saham Asuransi Takaful

JAKARTA – Syarikat Takaful Malaysia Bhd, pemegang saham mayoritas PT Asuransi Takaful Umum dan PT Asuransi Takaful Keluarga, berencana menjual sebagian kepemilikan sahamnya kepada investor lain. Menurut direksi perusahaan, hingga saat ini pemegang sahamnya sedang melakukan kajian dan (uji tuntas) due diligence mengenai penjualan saham tersebut.

“Mereka berencana menjual sebagian sahamnya ke pasar,” kata Bayu Widdhisiadji, Direktur Utama Asuransi Takaful Umum kepada Finance Today. Penjualan sebagian saham tersebut tidak terkait dengan permodalan kedua anak usahanya. Bayu enggan menyebutkan tujuan penjualan saham tersebut.

“Bukan karena kebutuhan modal, lebih pada kepentingan pemegang saham dan kami tidak mengetahui dananya untuk apa,” ujar dia. Menurut Bayu, pemegang saham perusahaan belum melaporkan rencana penjualan saham tersebut kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) karena proses penawaran ke pasar belum dilakukan. Pemegang saham akan melaporkan proses tersebut ke OJK jika proses due diligence telah tuntas.

Ronny Achmad Iskandar, Direktur Operasional Asuransi Takaful Keluarga, juga menyatakan hal senada. “Ada rencana pemegang saham mayoritas melepas sebagian sahamnya,” ungkap dia kepada Finance Today. Pemegang saham juga berniat membeli saham yang dilepas tersebut (buy back) dalam beberapa tahun ke depan.

“Mereka berencana menjual sahamnya dan untuk periode tertentu akan membelinya kembali,” ujar Ronny. Hingga saat ini, dia belum mengetahui apakah pemegang saham akan menjual kepemilikan sahamnya di PT Syarikat Takaful Indonesia atau pada kedua anak usahanya. Pasalnya, pemegang saham masih melakukan penjajakan dan belum memutuskan penjualan tersebut.

Menurut data yang dikompilasi Finance Today, Syarikat Takaful Malaysia Bhd memiliki saham di Syarikat Takaful Indonesia sebanyak 56%. Sisanya, sebesar 26,39% dimiliki oleh Islamic Development Bank (IDB), sebanyak 6,92% dimiliki oleh PT Permodalan Nasional Madani, dan 5,91% oleh PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. PT Karya Abdi Bangsa memiliki saham Syarikat Takaful Indonesia sebanyak 1,06%, Koperasi Karyawan Takaful 0,10%, dan 3,62% dimiliki oleh pemegang saham lain.

Syarikat Takaful Malaysia juga memiliki saham di Asuransi Takaful Keluarga sebanyak 42,73%. Pemegang saham Asuransi Takaful Keluarga yang lain adalah Syarikat Takaful Indonesia sebanyak 57,24%, dan 0,03% dimiliki oleh Koperasi Karyawan Takaful. Syarikat Takaful Malaysia juga memiliki saham di Asuransi Takaful Umum sebanyak 47,08%. Sebanyak 52,67% saham Asuransi Takaful Umum dimiliki oleh Syarikat Takaful Indonesia, dan 0,25% dimiliki oleh Koperasi Karyawan Takaful.

Andi Buchari, Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko Bank Muamalat, sebelumnya mengatakan perusahaan berencana menambah kepemilikan saham di Syarikat Takaful Indonesia. Bank Muamalat masih melakukan due diligence dengan pemegang saham. Bank Muamalat telah menunjuk PT Mandiri Sekuritas sebagai konsultan untuk uji tuntas rencana tersebut. “Penambahan saham ini sangat tergantung dari hasil due diligence, kesesuaian dengan rencana bisnis, dan rights issue serta secondary offering,” kata Andi kepada Finance Today.

Menurut Andi, penambahan saham pada kedua anak perusahaan tersebut salah satunya akan menggunakan dana dari aksi korporasi, yakni secondary public offering dan rights issue. Namun, penundaan secondary public offering berpotensi menunda aksi korporasi ini. Sejak Juni 2013, Bank Mumalat telah memutuskan untuk menunda rencana secondary offering senilai Rp 2,2 triliun-Rp 2,4 triliun. Perusahaan hanya akan melakukan rights issue sekitar Rp 1,49 triliun, lebih minim dari rencana awal Rp 1,78 triliun hingga Rp 3,16 triliun.

Cari Mitra

Azwir Arifin, Direktur Utama PT Asuransi Jiwa Syariah Amanahjiwa Giri Artha (Amanah Githa), menyatakan perusahaan juga memiliki wacana untuk mencari mitra strategis guna mengembangkan bisnis perusahaan. “Kalau ada yang berminat menjadi bagian dari kami, akan dapat menjadikan perusahaan semakin besar,” ungkap dia kepada Finance Today.

Menurut Azwir, perusahaan akan memilih calon investor yang memiliki jaringan yang cukup luas, seperti perbankan. Jaringan ini diperlukan perusahaan untuk sinergi dalam memasarkan produk asuransinya. “Ini baru wacana, captive market Dana Pensiun Perhutani sudah cukup besar,” kata dia.

Saat ini, pemegang saham Amanah Githa adalah Dana Pensiun Perhutani sebesar 95%. Sementara sisanya, sebesar 5% dimiliki oleh Ary Ginanjar, pendiri lembaga training ESQ. Modal disetor pendirian asuransi syariah ini mencapai Rp 80 miliar. Pendirian perusahaan asuransi jiwa ini memang dikhususkan untuk menggarap pasar karyawan Perhutani dan peserta ESQ.

Pada Oktober-November 2012, perusahaan telah memperoleh izin dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) untuk memasarkan lima produk asuransi. Kelima produk tersebut adalah Amar Invest Linked, Amar Pendidikan, Amar Pembiayaan, Amar Perlindungan Diri dan Amar Kebajikan.

Pada tahun ini perusahaan menargetkan pendapatan premi sebesar Rp 100 miliar. Azwir mengatakan hingga Agustus 2013 pendapatan premi perusahaan masih minim. Minimnya pendapatan premi perusahaan tersebut membuat perseroan pesimistis dalam merealisasikan target tersebut. Azwir mengatakan perseroan belum maksimal dalam mengelola captive market.

Jurnalis : Abdul Wahid Fauzie & Hindarti Purwaningsih
Indonesia Finance Today | 26 Nopember 2013 | Hal. 1&10

Share:
[addtoany]