SWA.CO.ID (5/7/2017) | Bergabungnya Denaldy M. Mauna sebagai Dirut Perhutani baru memberikan angin segar pada kinerja BUMN di bidang kehutanan ini. Sebelumnya, ia bekerja di salah satu perusahaan swasta Triputra Group milik TP Rachmat, yang bergerak di bidang sawit, karet dan sengaon. Baginya, masalah transparansi menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan saat ia bergabung di Perhutani. Potensi yang besar dirasakan Denaldy, di akhir 2015 Perhutani memiliki inventori hampir Rp 1,2 triliun, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang hanya kisaran Rp 300 miliar. “Seharusnya ini adalah sumber untuk menghasilkan uang, tapi kenapa dengan persediaan yang begitu besar, pemasukannya kurang menggembirakan. Berarti dibutuhkan gerak cepat, jika tidak cash flow perusahaan akan terganggu,” ungkapnya.Bergabungnya Denaldy M. Mauna sebagai Dirut Perhutani baru memberikan angin segar pada kinerja BUMN di bidang kehutanan ini. Sebelumnya, ia bekerja di salah satu perusahaan swasta Triputra Group milik TP Rachmat, yang bergerak di bidang sawit, karet dan sengaon. Baginya, masalah transparansi menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan saat ia bergabung di Perhutani. Potensi yang besar dirasakan Denaldy, di akhir 2015 Perhutani memiliki inventori hampir Rp 1,2 triliun, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang hanya kisaran Rp 300 miliar. “Seharusnya ini adalah sumber untuk menghasilkan uang, tapi kenapa dengan persediaan yang begitu besar, pemasukannya kurang menggembirakan. Berarti dibutuhkan gerak cepat, jika tidak cash flow perusahaan akan terganggu,” ungkapnya.
Tantangan ini dirasa Denaldy menarik untuk berusaha menyelesaikan “masalah” yang terjadi di dalam Perhutani. Bagaimana dia harus membenahi kondisi yang telah ada dan seberapa parahkan yang terjadi dalam Perhutani. Terlebih saat ia mendapatkan laporan keuangan bulanan Perhutani hingga Agustus 2016 yang mengalami lost sangat besar. Pengalamannya terdahulu yang menangani restrukturisasi perusahaan, kini ia wujudkan untuk membenahi Perhutani. “Itu yang membuat saya tertarik untuk masuk ke Perhutani dengan segala informasi yang saya terima,” ujarnya.
Beberapa transformasi ia rencanakan saat didapuk menjadi orang nomor satu di Perhutani itu, di antaranya menganalis situasi untuk menciptakan efisiensi, melakukan manajemen perubahan pada masalah birokrasi yang harus simplify with innovation dan perubahan mindset “apa yang mampu kita jual” menjadi “apa yang ingin dibeli oleh konsumen. Perihal pelanggaran yang sering terjadi di Perhutani juga harus ditindak tegas dan upaya emergency action dengan melakukan tindakan yang cepat untuk menyelamatkan arus kas perusahaan. Untuk emergency action, Perhutani dalam tahap business restructuring. “Portfolio bisnis Perhutani lengkap mulai dari hasil hutan, baik yang kayu maupun non-kayu, pariwisata, air mineral, madu, dsb, tapi sumber pendapatan utama (produk utama) semua trennya menurun. Kontribusinya hanya 4% dari total revenue. Di perusahaan lain, kontribusinya dapat mencapai 30%-40% dari total revenue. Bisnis ini harus dikaji ulang, jika mungkin dapat menggandeng investor,” paparnya.
Kini Perhutani juga sedang mengembangkan agroforestry, sebuah kawasan yang pembagian lahan atau kawasan hutan Perhutani dapat dibagi dengan tanaman pangan. Program ini telah dikaji bersama akademisi dan pakar dengan menentukan kriteria lahan tertentu yang nantinya dapat dibagi 50:50 antara tanaman pangan, seperti jagung, tebu, dan kavcang-kacangan, dengan tanaman kehutanan. “Untuk agroforestry, kami terapkan hampir 70 ribu hektar. Lebih banyak untuk tanaman tebu di wilayah Jawa dan Lampung, sengaja kami dorong ke arah sana. Selain itu, juga kami kembangkan silva-pasteur, seperti di negara-negara lain, hutan juga dapat dipakai untuk mengembangkan ternak,” ia menambahkan. Menurutnya, jika hutan ditata dengan baik, maka fungsi konservasi, pelestarian, dan lain-lain bisa sejalan dengan produktivitas pertanian dan peternakan. Namun, harus diperhatikan bahwa segala aspek teknisnya sudah dikomunikasikan.
Konsep baru ditelurkan kembali oleh Perhutani melalui Perhutanan Sosial. Lewat konsep ini kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dapat ditingkatkan. Dulunya, konsep ini hanya sebatas tumpangsari dan penanaman kopi, kini akses penuh kepada masyarakat disekitar untuk membangun hutannya sendiri. Perhutani akan tetap melakukan kontrol dan pengawasan agar tata kelolanya benar. “Misal kami berikan lahan 2 ha maka merekalah yang mengelola sendiri mulai dari tanaman kayu hingga tanaman pangan. Kami berikan kriteria pengelolaannya dan akan mendapatkan pinjaman KUR dari bank-bank BUMN. Pemerintah juga berikan subsidi berupa pupuk, bibit, dan pembinaannya,” ujarnya. Harapan Denaldy nantinya juga ingin bekerjasama dengan Pemda dan swasta untuk dapat membeli hasilnya.
Hasilnya, kondisi keuangan membaik dari sebelumnya. Assesment ulang invetaris dilakukan, sehingga nilainya naik dari nilai awal. Profit dalam tiga bulan ini mengalami kenaikan terus dan telah mencapai 1/3 dari total target profit tahun 2017 ini. Perubahan yang dilakukan Denaldy harus dibayar dengan segala risiko yang harus ia hadapi. Keluar dari comfort zone untuk perubahan sengaja ia ciptakan sebagai tantangan bagi setiap pegawainya menuju ke arah yang lebih baik. “Ini saya lakukan dengan tujuan untuk membentuk mental dan pengalaman kita jadi lebih baik,” ia menegaskan.
Sumber : swa.co.id
Tanggal : 5 Juli 2017