Perum Perhutani menyatakan siap mendukung program ketahanan pangan yang telah ditetapkan pemerintah. Sebagai badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di sektor kehutanan, tentunya Perhutani memiliki potensi besar dalam mendukung tercapainya ketahanan pangan. Terutama, melihat dari sisi luasan hutan yang dikelola Perhutani yang mencapai 2,5 juta hektare.
Seperti diketahui, Pemerintahan Jokowi telah telah menargetkan ketahanan pangan bisa terwujud dalam tiga tahun mendatang. Untuk merealisasikan target ini, sudah ada program konkrit yang dilakukan pemerintah, seperti pembagian traktor dan pompa air, pembagian benih, hingga peningkatan lahan produksi dan pembangunan waduk.
“Mengenai food estate, kami akan terlibat secara aktif. Sudah ada program-program yang kami buat untuk mendukung terwujudnya ketahanan pangan ini,” Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar, di Jakarta.
Mustoha menambahkan, bahwa Perhutani akan mengembangkan integrated farming system atau sistem pertanian terpadu. Dalam sistem ini, Perhutani mengembangkan zona adaptif dengan memperlebar jarak tanam dari yang normal, bisa 6X2 meter atau lebih. Dengan begitu, petani masyarakat sekitar hutan bisa memanfaatkannya untuk menanam padi atau jagung. “Model pertanian ini untuk meningkatkan produktivitas petani di lahan yang menjadi milik Perhutani,” katanya.
Selain membuat sistem pertanian terpadu, Perhutani juga sudah menjalin kerjasama dengan Kementerian Pertanian dalam hal penyediaan pupuk bersubsidi dan benih unggul. Selain itu, juga akan mengembangkan pengolahan pertanian secara mekanis.
Langkah selanjutnya, Perhutani akan menjadi off taker(pembeli langsung) dari petani untuk menghindari pembelian dari pengijon-pengijon. Untuk rencana ini, Perum Perhutani berencana mempunyai anggaran sebesar Rp 200 miliar.
Kesanggupan Perhutani tidak saja dalam mendukung ketahanan untuk padi dan jagung, namun juga dalam penyediaan daging. Perhutani juga akan mengembangkan produk daging sapi dengan skema silvopasture, yaitu kombinasi antara ternak dengan hutan. “Potensi pasar daging itu,kan, besar, kenapa tidak kita siapkan sendiri tanpa harus impor,” pungkasnya.
Sumber : marketeers.com
Tanggal : 4 Maret 2015