Warga Kamojang Produksi Jamur Tiram, Omzetnya Rp 20 Juta per Bulan

KUMPARAN.COM (15/3/2020) | Sejak 2010 lalu, warga Kamojang di Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat menjadikan jamur tiram sebagai sumber penghasilan tambahan mereka. Setiap hari mereka membuat backlog, serbuk kayu yang dipadatkan, yang menjadi wadah untuk jamur tersebut tumbuh.

Warga sekaligus pengurus Sentra Produksi Jamur Tiram Binaan PT Indonesia Power di Kamojang, Dede, mengatakan, ibu-ibu di sini diberdayakan untuk budi daya jamur timur. Cuaca di Gunung Guntur yang sejuk menjadi tempat nyaman jamur tumbuh.
Dia bilang, jika sedang melimpah, mereka bisa panen jamur tiram hingga 1 ton per bulan. Untuk harga jualnya ke pasar bervariasi mulai dari Rp 12 ribu hingga Rp 20 per kg tergantung jenis jamur. Artinya, jika panen puncak berlimpah, omzet mereka bisa mencapai Rp 20 juta per bulan.

“Sebulan produksi 3-4 kuintal. Kadang bisa 1 ton kalau bikin 5000 backlog. Harga jamur putih Rp 20 ribu, yang coklat Rp 12 ribu per kg,” kata dia di Kamojang, Garut, Sabtu (14/3)

Dede mengatakan, untuk memproduksi backlog, mereka memperkerjakan lima ibu-ibu setempat. Dalam sehari, mereka bisa bikin 600 backlog.

Menurut dia, dengan adanya aktivitas sentra produksi jamur, ibu-ibu yang sebelumnya tak punya pekerjaan, jadi berpenghasilan.
“Ibu-ibu yang enggak punya penghasilan gabung sama kita. Bisa dapat Rp 30 ribu sampai Rp 40 ribu per bulan. Pengolahan juga oleh mereka, jamurnya. Jadi harapannya memang binaan dari Indonesia Power ini kita jadi pengusaha,” jelasnya.

Selain jamur tiram, Indonesia Power di Kamojang juga membina warga menjadi produsen kopi arabica java preanger mulai dari menanam hingga bikin kopi kekinian bernama Pelagio di Kampung Pelag, Garut.
Dengan memanfaatkan lahan milik masyarakat pelag khususnya Kelompok Sinergi Jaya seluas 35,7 hektar dan ahan milik Perhutani seluas 42,60 hektar yang kini telah menghasilkan 1,2 ton kopi untuk kisaran total hasil per panen.

Kopi yang diproduksi mereka merupakan jenis kopi yang langka karena hanya terdapat di Kampung Pelag yang terletak di ketinggian 1300 mdpl dan sudah ada sejak zaman Belanda dan merupakan komoditi endemik masyarakat Pelag.
Kopi dengan jenis arabica ini belum memiliki varietas khusus dan sedang diteliti oleh BALITRI (balai peneliti tanaman industri dan penyegar). Kopi dengan kategori Jagur ini dapat tumbuh dengan baik di ketinggian diatas 700 mdpl. Kopi Arabica Java Preanger memiliki keunggulan yaitu tanpa ada reboisasi dapat tumbuh & produksi selama 100 tahun.
Corporate Secretaru Indonesia Power Igan Subawa Putra mengatakan program Indonesia Power Kamojang POMU untuk membentuk Kampung Pelag mandiri sudah dimulai sejak tahun 2011 hingga saat ini.
Asal mula sejarah Kampung Pelag dengan Indonesia Power Kamojang POMU ini berangkat dari pemberitaan di sebuah surat kabar nasional pada tahun 2010 yang mengangkat sebuah berita di Kampung Pelag yang mayoritas penduduknya buta aksara, Indonesia Power Kamojang POMU bergerak menuju ke Kampung Pelag yang terletak di desa Sukalila, kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Garut untuk meninjau kebenaran berita surat kabar nasional tersebut.
“Banyak hambatan dalam mewujudkan Kampug Pelag yang mandiri ini, namun Kamojang POMU komit dan percaya dengan semangat serta sinergi antara perusahaan dengan warga Kampung Pelag dapat mewujudkan Kampung Pelag yang mandiri secara pendidikan, ekonomi, dan kesehatan,” katanya
Sumber : kumparan.com
Tanggal : 15 Maret 2020