Warga Kembangkan Pariwisata: Pemkab Banyuwangi Berikan Pelatihan Bahasa Asing untuk Warga Desa

kecilKOMPAS (28/11/2016) | Pariwisata berbasis rakyat tumbuh di desa-desa di Banyuwangi, Jawa Timur. Pariwisata yang dikembangkan oleh anak muda setempat dibantu para pegiat wisata dan instansi pemerintah ini diharapkan menjadi salah satu penopang ekonomi rakyat
Pengelolaan pariwisata tersebut dilakukan warga. Mereka memanfaatkan kearifan lokal, budaya, dan kekayaan alam setempat untuk dikelola sebagai obyek wisata baru. Mereka juga mengelola kawasan dengan sistem berkelanjutan.
Kawasan wisata baru yang tumbuh, antara lain wisata hutan pinus di Songgon; ekowisata bakau di Desa Bengkak, Wongsorejo, wisata kopi di Desa Gombeng, Kalipura, dan Desa Wisata Using, Glagah.
Wisata hutan pinus di Songgon, misalnya, dikelola oleh masyarakat yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan bersama Perum Perhutani sebagai pemilik lahan. Di tempat itu, pelancong bisa berkemah atau kegiatan lintas alam.
Menurut pengelola hutan pinus, Yusuf Sugiyono, area tersebut awalnya ditanami jagung oleh warga. Namun, karena tegakan pohon sudah tinggi, warga tak bisa bercocok tanam lagi. “Agar warga bisa mendapatkan penghasilan lagi, akhirnya kami dan Perhutani sepakat mengelola kawasan ini jadi tempat wisata,” kata Yusuf, Sabtu (26,01).
Pelatihan bahasa asing
Para pegiat pariwisata dari luar kota juga membantu warga. Mereka membuat kelas bahasa Inggris gratis bagi anak-anak desa agar mempunyai keterampilan bahasa Inggris yang baik.
Sementara itu, warga Desa Bengkak memperkenalkan wisata hutan mangrove tepi pantai seluas 9 hektar. Warga melindungi kawasan itu dari perambahan. Mereka menanam cemara pantai sebagai benteng alami abrasi.
Kepala Bidang Kelautan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi Untung Widiatmoko mengapresiasi apa yang dilakukan warga tersebut. “Ini kemajuan karena selama ini kepedulian terhadap laut minim”, katanya.
Pemerintah kabupaten mendukung pariwisata berbasis rakyat ini Dua tahun terakhir, pemkab memberikan berbagai pelatihan kepada warga. Pelatihan yang telah dilakukan, antara lain kursus bahasa Inggris, Tiongkok, dan Arab di setiap desa selama tiga bulan. Sebanyak 2.000 warga ikut pelatihan dan ujian akhir keterampilan bahasa asing ini
Pemkab juga memberikan pelatihan manajemen homestay. Para warga di desa-desa wisata dilatih cara membuat sarapan dari bahan telur dan roti. Warga juga diajari cara mengelola homestay agar mempunyai standar kebersihan dan kenyamanan yang tinggi.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, warga diberi pinjaman lunak oleh bank untuk membangun atau merenovasi rumah agar bisa menjadi homestay. “Ini bisa menjawab kekurangan jumlah kamar hotel yang ada saat ini. Dengan demikian, warga bisa merasakan sendiri perputaran uang dari sektor pariwisata,” kata Anas.
Promosi wisata
Sejumlah daerah juga giat mempromosikan potensi wisata di daerah mereka. Pemerintah Provinsi Banten, misalnya, meluncurkan promosi 7 Wonderful Banten untuk memopulerkan tujuh tempat wisata unggulan. Tempat-tempat wisata tersebut adalah Ujung Kulon, Anyer, Tanjung Lesung, Cisadane, Baduy, Sawama. dan Banten Lama.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten Opar Sohari seusai Beach Banten Festival di Anyer, Kabupaten Serang, Sabtu malam, mengatakan, promosi dilakukan karena berbagai pendukung wisatawan untuk pergi ke tempat-tempat itu sudah siap.
Di Kalimantan Selatan, Pemkab Banjar kembali menggelar kontes jukung atau perahu di Sungai Martapura, Sabtu. Kontes diikuti para pedagang yang biasa berjualan di Pasar Terapung Lok Baintan. Selain untuk promosi pariwisata, kegiatan itu juga dimaksudkan untuk melestarikan budaya pasar terapung.
Di Nusa Tenggara Timur, para pelaku usaha di bidang pariwisata siap menyambut turis mancanegara yang menumpang kapal pesiar Cruise Ship. Kapal yang membawa 3.000-4.000 penumpang turis mancanegara itu akan singgah secara rutin di sejumlah destinasi unggulan di NTT.
 
Sumber : Kompas, hal. 22
Tanggal : 28 November 2016