Wisata Hutan Pinus Pal 16, Ampuh Dongkrak Ekonomi Masyarakat Cikole

INILAHNEWS.COM (17/07/2018) | Pengelolaan wisata hutan oleh masyarakat menjadi kekuatan ampuh untuk mendorong tumbuhnya perekonomian masyarakat, khususnya yang tinggal disekitar hutan.

Seperti pengelolaan wisata hutan Pal 16 oleh masyarakat yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Giri Makmur, Desa Cikole, KecamataN Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Baru 2 tahun dikelola, pendapatan ditahun pertama dan kedua sudah mencapai ratusan juta rupiah.

”ini model kontribusi Perhutani untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Wisata hutan memiliki potensi ekonomi yang besar buat masyarakat dengan tetap berpegang pada kaidah ekologi. Pal 16 salah satu contohnya,” kata Thio Setiowekti ketua Forum Penyelamat Lingkungan Hidup Jawa Barat saat di hubungi melalui telepon selulernya, Senin (16/7/2018).

Sebelumnya Administratur Perhutani KPH Bandung Utara Komarudin mengatakan berkembangnya wisata Pal 16 berkat kemampuan masyarakat mengelola wisata dengan tetap menjaga kondisi hutan.

” Ini karena masyarakat dalam hal ini LMDH punya kemampuan untuk membangun potensi wisata tanpa mengganggu hutan,” ujar Komarudin pada acara Milangkala 2 Wisata Hutan Pinus Pal 16, di Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, baru-baru ini.

Saat ini diwilayah Perhutani KPH Bandung Utara sudah banyak wisata hutan yang dikembangkan bersama masyarakat. Seperti Puncak Bintang, Sendang Geulis, Batu Kuda, Curug Cibareubeuy, Air terjun Rainbow dan lainnya.

Wisata hutan pinus Pal 16 terletak di Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Pal 16 didesain sebagai rest area karena lokasinya yang berada dijalur lintasan wisata Tangkuban Perahu yang menghubungkan daerah Bandung dan Kabupaten Subang.

Kendati belum lama dikembangkan wisata hutan pinus Pal 16 telah memberi kontribusi ekonomi yang dirasakan masyarakat.

Hal tersebut diakui Ketua LMDH Giri Makmur Desa Cikole Ida Suhara .Menurutnya keberadaan Pal 16 bisa menyerap tenaga kerja dari masyarakat.

” Dampaknya sangat dirasakan masyarakat. Terutama ada penyerapan tenaga kerja, ” ujarnya

Saat ini warga yang mengais rejeki di Pal 16 berjumlah 270 orang. Mereka mengelola parkir, sewa hamook dan membuka gerai makanan.

Soal pendapatan Pal 16 terbilang moncer. Tahun pertama pendapatan diangka 370 juta rupiah. Ditahun kedua pendapatan naik signifikan yakni 500 juta rupiah.

Menariknya, hasil pendapatan dari Pal 16 tidak sepenuhnya disalurkan untuk kesejahteraan masyarakat, sekitar 30 persen dialokasikan untuk sharing ekologi.

” Sharing ekologi ini untuk menjaga fungsi hutan tidak beralih. Kami ada kebon bibit buat konservasi pohon keras,” pungkas Asep.

Sumber : inilahnews.com

Tanggal : 17 Juli 2018