Wujudkan World Class Eco Park, Perum Perhutani Gaet Perusahaan AS

RAKYAT MERDEKA (10/8/2017) | Perum Perhutani terus berupaya mentransformasikan bisnis perusahaan sehingga bisa meraup laba sebesar Rp 316,23 miliar pada kuartal dua (Q2) 2017.

Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna mengatakan, perolehan laba tersebut mengalami peningkatan hingga 236 persen dibanding periode sama tahun 2016 Year of Year (YoY) yang merugi Rp 383,89 miliar.

Menurutnya, hal ini selain dilakukannya transformasi bisnis juga ditopang dengan penurunan biaya pokok penjualan dan biaya usaha.

“Memang dari sisi pendapatan juga belum sesuai harapan karena lesunya pasar dunia untuk produk kayu dan gondorukem sebagai andalan bagi Perhutani,” ujarnya dalam siaran pers, kemarin.

Ia menjelaskan, kondisi perusahaan beberapa tahun terakhir menunjukan kinerja yang terus memburuk dari sisi kinerja keuangan, operasional serta kualitas sumberdaya hutannya.

Bahkan, berdasarkan data statistik lima tahun terakhir (2010-2015) menggambarkan secara objektif kondisi tersebut dan Tahun 2016 merupakan tahun tersulit, yang mengharuskan perusahaan bertransformasi dengan cepat bila ingin tetap eksis.

Untuk itu, pihaknya memutuskan untuk melakukan transformasi bisnis di Perum Perhutani melalui lima tahapan transformasi, yaitu situation analysis, management change, emergency actions dan business restructuring.

“Saat ini, sudah memasuki tahap ke empat transformasi yaitu restrukturisasi bisnis. Langkah ini dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu revitalisasi existing business dan new business development“, terangnya.

Menurutnya, untuk existing business yang dipertahankan akan dilakukan rebranding ecotourism. Sedangkan bisnis yang tidak menguntungkan dikaji ulang, seperti usaha air minum dalam kemasan dan industri kayu.

“Kami menyiapkan bisnis biomass karena prospek energi terbarukan ini sangat menjanjikan dan ramah lingkungan. Peluang kebutuhan energi terbarukan menggunakan woodpellet di dunia pertumbuhannya sebesar 2,7 juta ton per tahun (2010-2025),” ungkapnya.

Menurut Denaldy, kebutuhan akan biomass memungkinkan Perhutani Group mengembangkan tanaman biomass seluas 200 ribu Ha yang akan menghasilkan 32 juta MT woodchips.

“Nilai woodchips ini bisa untuk membangun pembangkit setara 800 MW listrik pertahun atau 1.6 juta MT wood pellet. Artinya energi biomass dapat menghemat penggunaan energi fosil (solar) senilai Rp 2 triliun per tahun,” katanya.

Denaldy berharap, dengan mempelajari pengalaman pengelolaan kehutanan di Swedia dan Finlandia, Perhutani akan segera mengembangkan wisata World Class Ecotheme Park bekerja sama dengan investor.

“Kami telah menandatangani kesepakatan bersama (MoU) tiga pihak antara Perhutani dengan BUMN Pengembang Destinasi Pariwisata Indonesia dan perusahaan pengembang properti multinasional Amerika Serikat, yang memiliki pengalaman membangun theme park untuk rencana mengembangkan wisata di kawasan Bogor seluas 600 ha dengan investari minimal 1 miliar dolar Amerika Serikat (AS),” ungkapnya.

Berubah Atau Punah. Saat ini, Perum Perhutani mengelola 236 lokasi wisata alam di dalam kawasan hutan, dan beberapa di antaranya tengah dilakukan rebranding produk, pelayanan dan pengelolaannya untuk meningkatkan kualitas sesuai standar usaha wisata dunia.

Ia menambahkan, proses transformasi bisnis sudah dilakukan selama satu bulan pertama saat dirinya ditunjuk sebagai Direkur Utama Perhutani. Dimana, transformasi tahap pertama yaitu melakukan asesmen singkat kinerja perusahaan dengan bertemu berbagai stakeholders internal yaitu seluruh perwakilan dari Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) unit manajemen terkecil di Perhutani dan stakeholder eksternal termasuk dengan para mitra kerja.

Sumber: Rakyat Merdeka, hal. 15

Tanggal: 10 Agustus 2017